Apakah anda pernah mengalami hal seperti ini, setelah minum
obat ternyata ada rasa deg-degan (jantung berdebar) atau mulut rasanya kering?
Atau jadi sembelit, atau sebaliknya jadi diare? Atau batuk-batuk, mual, dsb?
Jika tidak ada keluhan-keluhan semacam itu sebelum minum obat, kemungkinan
besar anda mengalami efek samping obat. Tapi memang tidak mudah untuk
membedakan apakah ini suatu efek samping atau mungkin gejala suatu penyakit
lain. Siapa tau kebetulan ada penyakit lain yang muncul bersamaan dengan kita
minum suatu obat tertentu yang gejalanya mirip dengan efek samping suatu obat.
Salah satu cara untuk menandainya adalah bahwa jika obat berhenti diminum dan
gejala tadi hilang, berarti itu kemungkinan besar adalah efek samping obat.
Jika obat berhenti diminum tapi keluhan masih ada, maka mungkin itu tanda
adanya suatu penyakit.
Yah, memang, selain memberikan efek terapi yang diharapkan,
obat juga bisa memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat,
atau disebut juga “adverse drug reaction”. Efek samping ini ada yang bisa
diprediksi sebelumnya, dan ada yang tidak.
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan (gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti Diazepam serta Morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.
Bagaimana cara mengatasi efek samping obat?
Efek samping obat bisa muncul dalam berbagai bentuk dan
berbagai tingkatan. Ada yang ringan seperti mengantuk, batuk-batuk, mual,
gatal-gatal, sampai yang berat seperti syok anafilaksis, gangguan dalam sistem
darah, sampai kematian. Efek samping mengantuk misalnya, mungkin tidak perlu
pengatasan, bahkan seringkali dimanfaatkan pasien untuk bisa istirahat. Efek
samping meningkatkan nafsu makan malah kadang dimanfaatkan untuk memicu nafsu
makan anak yang tidak suka makan. Tapi efek samping yang mengganggu seperti
mual bahkan sampai muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi misalnya, mau
tak mau harus dicegah atau diatasi dengan obat anti mual, karena kemoterapinya
itu sendiri juga tak mungkin dihentikan sebelum waktunya. Dan jika efek samping
suatu obat bisa mengancam jiwa, tentu obatnya harus dihentikan dan dicari
alternatif yang lebih kecil efek sampingnya. Untuk hal ini tentu harus
dikonsultasikan dengan dokter penulis resepnya.
Untuk mengetahui apakah suatu gejala itu merupakan efek
samping khas obat dapat dibaca pada leaflet/kemasan obat, atau dapat pula
ditanyakan kepada apoteker saat membeli obat. Hampir semua obat memiliki
informasi tentang efek samping yang mungkin ditimbulkannya. Yang lumayan susah
adalah jika terjadi reaksi alergi. Hal ini sulit untuk diprediksikan
sebelumnya. Tapi anda boleh menggunakan patokan riwayat alergi keluarga, karena
sifat alergi ini biasanya diwariskan. Jika ada riwayat keluarga (ayah, ibu,
kakak, adik, nenek, kakek) alergi terhadap obat tertentu, sebaiknya
berhati-hati terhadap penggunaan obat tersebut, karena barangkali anda juga
alergi obat tersebut.
Jika anda menemukan suatu gejala-gejala tertentu yang diduga
akibat efek samping obat, sebaiknya anda konsultasikan lagi dengan
dokter. Jika itu adalah obat bebas, anda bisa konsultasikan dengan
Apoteker. Biasanya jika gejala efek samping tersebut tidak membahayakan dan
dapat ditoleransi pasien, tidak perlu ada pengatasan apa-apa. Atau jika ada,
sebaiknya tidak menggunakan obat tersebut. Keluhan sembelit, misalnya, diatasi
dengan memperbanyak makanan berserat dan minum air untuk mempermudah BAB. Jika
terasa mulut kering, mungkin bisa dibantu dengan mengulum permen. Sedangkan
jika keluhan efek samping cukup berat dan tidak dapat ditoleransi pasien, bisa
diatasi dengan pemberian obat lain untuk mengatasi efek samping, penurunan
dosis obat, atau penggantian obat, yang tentunya harus sepengetahuan dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar